Sejuk-nya embun pagi
membangunkan-ku dari lelalpnya tidur. Hari ini, hari ini Senin dimana aku Nuxi
Sheila Josi yang duduk di kelas X di salah satu sekolah yang terbilang bagus di
Surabaya harus cepat – cepat bergegas berangkat sekolah untuk mengikuti upacara
seperti biasanya.
Sesegera mungkin
aku turun dari motor kesayangan-ku berwarna biru muda dengan hiasan warna putih,
aku berlari secepat mungkin untuk memasuki gerbang sekolah, tiba – tiba kunci
motor yang sebelumnya ada di sela–sela jemariku terjatuh tepat dibawah sepatu-sepatu
siswa siswi yang baru datang, kebingungan ku muncul karna aku tidak bisa mengambil
kunci itu tapi tiba – tiba kunci itu sudah ada di sebuah telapak tangan putih
yang halus dan lembut sembari memberikan-nya kepadaku, ternyata itu tangan
Gerard Adi Putra Nugraha – kakak kelasku yang duduk di kelas XII, senyumnya
yang ramah dan pandangan matanya yang teduh membuatku melayang bersama lamunan
gilaku, dan aku terbangun karena suaranya “hey ini kuncimukan? ” dengan gelagapana
ku-menjawab “eh..eh.. iyaa kak.. makasi ya” dan aku
langsung berlari menuju kelasku karena aku belum mengerjakan PR matematika.
Seperti
pagi-pagi yang sebelumnya aku lewati dengan rasa tergesah-gesah karena aku
selalu telat bangun. Pagi ini aku merasa berangkat sedikit lebih kesiangan
daripada biasanya dan aku akan telat.
Di
depan sekolah aku mengomel pada diriku sendiri “ah, sial telat lagi deh” dengan
mengomel kepada diriku sendiri aku berjalan sambil berlari-lari kecil hingga
saatnya tiba di depan gerbang sekolah dan di tengah lapangan yang amat panas
karena tersinari oleh sinar matahari yang indah tetapi tetap saja panas. Jelas
terpampang muka-muka-kusut dan mata yang masih di-ucek oleh para siswa siswi
yang telah berdiri di tengah lapangan yang aku sendiri tidak tau sejak kapan
mereka telah berdiri disitu mereka berada disana bukan untuk menjalankan
upacara bendera tetapi melainkan karena di hukum dan sepertinya aku akan
mengalami nasib seperti mereka juga. Tetapi tiba-tiba di telingaku terdengar
suara teriakan pak BP yaitu pak Thomas “hei kamu sudah terlambat bengong lagi,
udah cepet kesini” . dengan sesegera aku terbangun dari khayalan yang aku
bangun sendiri sebelumnya, setelah aku berdiri di kelompok anak telat itu
tiba-tiba aku disapa oleh seseorang “hey” aku kaget dengar suara itu sepertinya
aku pernah mendengar suara itu kataku dalam hati dan aku langsung menoleh kea
rah belakangku “hey..a….” tiba-tiba aku menjadi gagap dan mangap . “ternyata
kamu juga telat ya? Dasar anak gak rajin” celetuk kak Gerard kepadaku dengan
diikuti tawa kecilnya. “apa? Aku anak gak rajin? Ya kebetulan aja aku hari ini
telat, kakak juga telatkan wekk” jawab ku sambil terus nerocos karena tidak
terima dengan celetukan lawan bicaraku. “ya kan mobilku tadi mogok, nah kamu pasti
kesiangan” ledek kak Gerard dengan memberantahkan rambut panjang yang aku urai.
Setelah semuanya telah dihukum, maka kembali ke kelas masing-masing.
Hari
ini aku ada pertemuan osis, ternyata aku bertemu dengannya lagi yaitu-kak
Gerard memang ada rasa senang tapi salah tingkah juga. Pada kali ini setiap
senior harus membagi tugas dengan junior dengan kata lain mereka akan membuat prokja bersama dan secara tidak sengaja
juga aku dibawahi oleh kak-Gerard lagi. “oh ghost.. kenapa harus dia lagi” omel
di dalam hatiku. Setelah beberapa bulan hubunganku dengannya semakin dekat
tetapi tidak lebih sebagai teman dekat. Dia sering curhat mengenai
masalah-masalah yang dia alami dan sebaliknya aku menceritakan hal-hal seru
yang pernah aku alami. Teman-temannya banyak yang mengenalku dan juga
sebaliknya dan aku sepakat dengannya untuk menamai pertemanan ku dengannya
dengan nama “Sahabat Sapi” karena Sapi itu tipe hewan yang sangat setia dengan pasangannya,
aku dan dia berharap bisa seperti sifat sapi yang setia dengan pasangannya.
Pada
suatu malam, tiba-tiba leptop-ku berbunyi tanda bahwa ada pesan masuk lewat email ku di dalam hati aku berharap itu
kak Gerard karena sudah satu minggu ini aku tidak berhubungan lewat apapun dan
tidak bertemu disekolah, entah dia menghilang secara tiba-tiba. Tetapi, dugaan
ku salah ternyata itu dari sahabat baik ku dari SMP namun beda kelas denganku.
Terpampang jelas inbox dari Chika
Revakiinan atau aku sering memanggilnya dengan sebutan Enjis dipesan itu
tertulis
Hai
Xi, apa kabar? Baik? Wah gue gak pinter basa-basi nih. Xi tau nggak aku lagi
naksir sama kakak kelas kita yang keren . mau bantuin gue nggak? Kamukan baik
ha-ha.
Aku langsung menjawab
Hai
juga njis.. apa-apaan sih lo kayak baru kenal gue aja. Siapa sih yang bisa
bikin orang bawel ini jatuh cinta haha. Apa sih yang nggak buat kamu say.
Tidak lama kemudian ada balasan
dari enjis
Haha
itu yang pengen aku mau. Gerard, lo kenal baik kan sama dia? Nah deketin aku
sama dia dong ~ gimana?
Setelah aku membaca nama itu
jantungku terasa seperti dilempar bola basket terus punggung terasa dipukuli
tongkat kasti dan kepala terasa dibenturin ke tembok besi yang menahan nafasku
hingga berat, dan secara tidak langsung aku terdiam dalam tangisku. Dengan
tangan yang amat berat aku mengetik pelan jemariku diatas keyboard leptopku.
Iya.aku
akan usahain.
Esok
hari aku bertemu dengan kak Gerard di perpustakaan dengan temannya, dia sempat
tersenyum ke arahku tapi aku malaj membuang muka dan berlari menjauhinya. Di
malam harinya aku mendapat BBM dari kak Gerard “Xi, kamu marah sama aku?”
tetapi tidak aku balas, pesan itu terulang hingga 3X dan aku baru menjawab
“tidak.” Lalu tak lama ada pesan masuk lagi “lalu? Kenapa kamu berbeda dari
biasanya?”. Lalu aku menjawabnya “tidak. Aku tak apa” dan dia menjawab lagi
“mungkin aku terlalu bodoh hingga aku nggak pernah tau apa yang dirasakan oleh
orang yang aku sayang”. Aku tersentak dengan kotak masuk dari kak Gerard dengan
pelan aku menjawabnya “apa maksud kakak?” dan dia menjawabnya lagi “aku Gerard
sayang sama kamu Nuxi” tiba-tiba air mata mengalir deras dipipi dan mengucap
kata meski hanya dibatas bibir “apa? Maksudmu apa kak? Hanya akan mempermainkan
aku? Kenapa kamu bilang itu baru sekarang? “ seribu pertanyaan terngiang
dikepalaku. Dan aku berkata dalam hati “kau sudah dengan Enjis tapi sekarang
kau member harapan itu lagi?”. Sejak saat itu aku menjauhi kak Gerard di
sekolah maupun di exskul.
Istirahat,
aku pergi ke perpustakaan ternyata aku di hampiri oleh Enjis. “Hey Xi.. aku
boleh ngomong sesuatu tidak?” sapa enjis dengan muka yang ceriah. “boleh, apa?”
mungkin sku terlalu egois karena
mementingkan perasaanku sendiri. “kamu tahu Gerard kan? Dia lagi suka sama
cewek kelas X loh” bisik Enjis di telinga sebelah kiriku dan mempunyai sedikit
tekanan di nama Gerard. Aku kaget tetapi mencoba menstabilkan emosiku, aku
menjawab singkat “ya dan itu kamu” lalu aku menunduk ke buku yang aku bawa lagi
untuk menyembunyikan mataku yang berlinangan air mata. “ya aku kira begitu,
tapi ternyata… aku salah” jawab Enjis dengan air matanya yang jatuh lalu
meneruskan perkataannya “aku salah, yang di sukai oleh Gerard itu bukan aku Xi
tapi kamu” air mata ku pecah, jantungku berdebar begitu cepat aku mencoba
melihat enjis, tetapi dia sudah berlinangan air mata. “kenapa kau menangis
njis? Apa Gerard menyakitimu?” suasana semakin mencengkram melihat aku dan
enjis sama-sama menangis. “tidak. Gerard tidak apa-apakan aku tetapi dia suka ,
sayang sama kamu xi bukan aku” jawab enjis dengan menjawab sambil menagis
tersedu-sedu. “apa? Dia bilang begitu ke kamu? Sialan dia. Kalian sudah
berpacaran teapi dia berani bilang seperti itu?” “sesungguhnya aku dan dia
tidak pernah berpacaran aku hanya dekat dengannya dan dia menceritakan semuanya
ke aku yang kamu perbuat selama satu minggu terakir ini, aku memang tolol tidak
pernah bisa ngerti’in sahabat baik ku yang ternyata suka dengan cowok yang aku
suka juga. Maafkan aku Xi.. maafkan aku Xi aku orang bodoh egois, tolol ”
terang Enjis dengan berlinangan air mata, sebelum dilanjutakan oleh Enjis aku
menutup mulutnya lalu memeluknya. “cukup Njis kamu shabat yang paling baik yang
pernah aku punya” dengan melepaskan pelukan dari enjis. Dan Enjis mengusap air
matanya sambil menunjukkan jari kelingkingannya dengan berkata “sahabat sapi?”.
Kami –pun tertawa bersama-sama dan kompakan berbicara “yeah.. sahabat sapi”
setelah itu Kak Gerard dengan Kak John muncul dari almari buku yang sebelumnya
ada di belakangku dengan muka cengengesan dengan membawa tangan yang diangkat
hingga dada lalu berbisik bisik “sahabat sapi? Sahabat sapi dimana?” dan
disusul jawaban dari aku dan Enjis “di sini sapi” lalu kami tertawa bersama.
beberapa hari
kemudian aku harus menerima berita bahwa John meninggal karena kecelakaan dan
Enjis sock berat karena John adalah pacarnya, dan akhirnya secara sementara
waktu aku harus meminjamkan Gerard untuk menemani Enjis, dan hanya Gerard yang
mampu meyakinkan bahwa John sudah meninggal dan Gerard bukanlah John. Setelah
keadaan Enjis mulai membaik Enjis sadar bahwa John sudah tiada dan Gerard
adalah Gerard bukan John yang dia maksud. Orang tua Enjis memindahkan sekolah
Enjis ke Bandung untuk memulihkan keadaannya, dan Gerard mulai sibuk dengan
daftar kuliahnya di salahsatu Universitas negeri di Surabaya, dan sekarang aku
Nuxi sedang berpacaran dengan Glend teman SMP ku namun beda sekolah. Meski
Sahabat Sapi mempunyai kesibukan yang berbeda-beda esok hari aku akan berkumpul
dengan Gerard dan Enjis lagi dan membawa pasangan-pasangan masing-masing .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar